Minggu, 11 November 2012

Kali ini Tema yang saya angkat cukup berat menyoalkan tentang kesejahteraan,bukan bermaksud untuk
menyudutkan suatu pihak atau instansi tertentu,tapi ingin membuka mata dan hati setiap individu dari setiap bangsa ini.

Udah gak asing lagi Buruh identik dengan kerja pabrikan,dengan lembur,peras keringat,dan hidup serba pas-pasan dan jika tidak puas berdemo menuntut UMR dinaikkan.Kayaknya sering kita liat di media massa soal hal tersebut terakhir yang masih hangat saat ratusan buruh berdemo di Balaikota Jakarta.

TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan anggota Forum Buruh DKI dan Majelis Pekerja Buruh Indonesia berunjuk rasa di depan Balai Kota DKI Jakarta untuk menuntut kenaikan upah minimum provinsi.

"Tuntutan kriteria hidup layak sebagai dasar penentuan UMP berdasarkan Kepmen Nomor 13 Tahun 2012," ujar Wiryanto, perwakilan buruh di Balai Kota Jakarta, Jumat, 2 November 2012.

Para buruh menamakan aksi tersebut MONAS HOSTUM (Mogok Nasional Hapus Outsoursing Tolak Upah Murah). Forum Buruh DKI ini terdiri dari perwakilan SPSI, ASPEC, KEP LAM, dan SPOI. Kondisi di depan Balai Kota atau Jalan Merdeka Timur macet akibat unjuk rasa tersebut.

Kepala Bagian Operasional Polres Jakarta Pusat AKBP Irsan mengatakan, pihaknya mengerahkan 450 personel dari kepolisian, termasuk yang bertanggung jawab mengatur lalu lintas. "Kami sudah siap dari pukul 07.00 tadi, massa mulai datang dari pukul 09.00," katanya. Irsan memperkirakan massa berjumlah sekitar 800-1.000 orang.

Salah seorang buruh, Nani, menuntut UMP sebesar Rp 2,7 juta. "Sekarang gaji saya Rp 1,6 juta, ya, kalau dibulatkan segitu," ujarnya.

Sumber Tempo http://www.tempo.co/read/news/2012/11/02/231439311/Ratusan-Buruh-Demo-di-Depan-Balai-Kota

Itu baru dijakarta belum lagi didaerah lain dan dengan pabrik yang berbeda pula.

Dan muncul issue yang mencuat "akibat" dari tidak bersinerginya pemerintah dan Buruh adalah:
Jakarta, GATRAnews - Anggota Komisi IX DPR RI, Poempida Hidayatulloh Djatiutomo di Jakarta, Minggu, (11/11) menegaskan, ultimatum ancaman hengkangnya investor asing dari Indonesia jika persoalan ketenagakerjaan terus memburuk merupakan akibat blunder pemerintah itu sendiri. "Cikal bakal mengapa investor mempunyai pemikiran seperti di atas, hal itu tentu berawal dari propaganda Pemerintah RI untuk menarik investor asing dengan mengumumkan betapa murahnya tenaga kerja di Indonesia, tanpa memikirkan dampaknya di kemudian hari," ungkap Poempida.

Menurut politisi Partai Golongan Karya ini, dalam konteks ketenagakerjaan, seharusnya pemerintah harus mempropagandakan tenaga kerja yang berkualitas, yakni tidak semua tenaga kerja, kemudian akan dipukul rata dalam mekanisme pengupahan yang rendah.

"Namun, dengan sistem merit yang profesional, tenaga kerja Indonesia diperlakukan sesuai dengan kompetensi dan profesionalismenya. Intinya, pekerja yang baik harus mendapatkan benefit yang lebih, bagi yang malas akan tertinggal dalam konteks karir dan pengupahan," tandas Poempida.

Ditegaskan, dengan cara seperti itu, tercipta suatu persaingan yang berbasis profesionalisme para pekerja atau buruh pun akan bekerja semaksimal mungkin, bahwa mereka yang terbaik, sehingga mendapatkan penghasilan yang lebih dari cukup. "Basis kinerja yang dipakai sebagai tolak ukur ini, sebenarnya sudah ada secara teori, hanya sangat miskin dalam segi implementasi," ungkapnya.

Menurutnya, yang terjadi dalam dunia ketenagakerjaan saat ini, adalah pekerja atau buruh merasa tidak puas dalam kondisi ekonomi yang memburuk. Penghasilan mereka tidak berubah, namun daya beli mereka semakin rendah.

"Akibatnya, bermunculanlah berbagai tuntutan dari para pekerja atau buruh ini agar mereka mendapatkan kesejahteraan yang wajar. Ini adalah suatu tuntutan yang sangat masuk akal dan secara natural siapa pun akan melakukan tuntutan seperti ini, dalam keadaan yang semakin sulit ini," paparnya.

Ditegaskan, pihak pengusaha atau investor asing, dalam konteks investasinya, jelas agak terganggu. Dalam rumusan mereka, tentu kepastian dalam me-”manage” resiko sangatlah penting, agar investasi yang mereka lakukan tidak menjadi suatu yang sia-sia. Pasalnya, banyak di antaranya juga harus membayar bunga karena invetasinya menggunakan dana pinjaman. (IS) 
 Sumber GATRANews http://www.gatra.com/ekonomi/20734-ancaman-hengkang-investor-asing-akibat-blunder-pemerintah.html

Permintaan Buruh yang meminta Gaji menjadi 2,7 juta memberatkan beberapa pihak terutama para pengusaha yang mulai ketar ketir belum lagi ditambah tuntutan sistem Outsourcing.
Semakin pelik saja masalah kesejahteraan rakyat Indonesia.Tapi kita masih punya harapan seandainya Buruh tidak meminta gaji dinaikkan melainkan Meminta Jaminan Sosial,jaminan pendidikan untuk anaknya,jaminan kesehatan,dan Jaminan Hari tua.

Seharusnya kita menyadari juga manusia gak akan pernah puas dengan nominal dan uang.Kenapa gak meminta Beberapa jaminan,saya rasa permintaan seperti itu mampu untuk dipenuhin setiap Pengusaha dan tentunya pemerintah mau membantu jika ada perusaahan yang membandel untuk dihukum dengan tegas jika tidak memenuhi syarat jaminan untuk para pekerjanya.

Dampak lain dari kenaikan gaji buruh secara tidak langsung akan dirasakan oleh para buruh tersebut,karena akan ada Inflasi dari kenaikan gaji yang bukan bedasarkan prestasi kerja.Kok bisa gitu??

Sekarang kita coba main  logika,Ok sekarang gaji buruh naik menjadi 2,7 juta perbulan yang notabenenya mereka lulusan SMA Sederajat donk pastinya,dan akan menimbulkan kecemburuan sosial bagi atasannya yang lulusan D3,S1,S2,S3. Masa gaji atasan sama kayak gaji bawahan,mw tidak mw pengusaha pun menaikkan gaji para atasa buruh tersebut dengan cukup tinggi pula.Terus keuntungan terpotong donk??Iyya keuntungan terpotong tetapi jika pengusaha tidak menaikkan harga Barang,jadi solusinya harga barang dinaikkan dengan cukup tinggi,sehingga menekan pendapatan si buruh tadi.Bukannya sama aja,gaji naik harga barang ikut naik malah lebih mahal...

Sudah saatnya buruh lebih cerdas dalam meminta tuntutan,toh data membuktikan 80% Buruh dibawah garis kemiskinan ,lalu 20% buruhnya berarti diatas garis kemiskinan.Lalu bagaimana caranya si 20% ini bisa bertahan diatas garis kemiskinan??Mungkin 80% ini malas belajar dari yang 20% sehingga tetap banyak meminta daripada membuat inovasi buat hidupnya.

Saat ada orang bilang buruh dijakarta hidup pas2an,saya kurang setuju,toh saya selalu liat di TV mereka Demo dengan motor yang bagus-bagus,coba perhatikan bensin yang seharusnya dibuat untuk mencari nafkah tapi harus dibuang untuk kegiatan yang sia-sia.

Besar harapan saya Buruh gak menjadikan profesi Buruh sebagai pekerjaan tetap,pandai menabung dan membuka usah itu lebih baik ketimbang bekerja kasar gaji kecil dan banyak meminta yang tinggi-tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar